Rempanga, 16 September 2025 – Perpustakaan Nasional Republik Indonesia menggelar kegiatan sosialisasi dengan lokus Kabupaten Kutai Kartanegara, bertempat di Kantor Desa Rempanga, Selasa (16/9/2025) pukul 09.30–11.30 WITA. Acara ini dihadiri oleh Kepala Desa Rempanga, Norsari, perwakilan Dinas Perpustakaan Daerah Kutai Kartanegara, relawan literasi masyarakat (Relima), serta Ketua BPD, Ketua LPM, Pemberdayaan Dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dan undangan guru beserta murid TK/PAUD, Kelompok Bermain Rawa Indah, SDN 004 Loa Kulu, serta TK Darussakinah 02.
Dalam sambutannya, Kepala Desa Rempanga, Norsari, menyampaikan perkembangan perpustakaan desa sejak berdiri pada 2021. “Masyarakat gemar membaca. Dari 2021 perpustakaan Desa Rempanga terbentuk, sudah mendapatkan bantuan tidak hanya dari daerah tapi bahkan dari provinsi, difasilitasi seperti gedung, komputer, printer, serta buku. Sekarang sudah ada sekitar 2.000 buku dari Perpusnas dan 800 buku bantuan dari warga. Jika ada yang membutuhkan bantuan SPJ juga bisa datang ke perpustakaan, dan di perpustakaan sudah ada anak-anak yang melakukan bimbel agar gemar membaca,” jelasnya.
Kegiatan sosialisasi menghadirkan pemateri dari Relima atas nama Remuna dan Triadi dari Dinas Perpustakaan Daerah Kutai Kartanegara. Relima, sebagai Relawan Literasi Masyarakat, menjelaskan pentingnya meningkatkan budaya baca di masyarakat.
“Relima menjelaskan bahwa Kalimantan Timur lolos tiga daerah sebagai lokus khusus, yaitu Balikpapan, Kukar, dan Paser. Indonesia berada di peringkat 72 dari bawah pada tahun 2018 karena fasilitas yang kurang memadai. Meski pada 2022 fasilitas sudah digencarkan, namun peringkat literasi belum meningkat,” paparnya.
Selain paparan materi, kegiatan ini juga diisi dengan read aloud, sosialisasi Relima, dan diskusi bersama warga mengenai pengelolaan dan pengembangan perpustakaan.
Dalam sesi tanya jawab, peserta menanyakan apakah perpustakaan sekolah bisa mengajukan bantuan ke perpustakaan daerah atau provinsi, dan apakah bisa mengajukan bantuan lebih dari sekali.
Pihak pemateri menjawab, “Kalau perpustakaan sekolah langsung dinaungi oleh Dinas Pendidikan, berbeda dengan perpustakaan desa. Sudah dijelaskan bahwa jika meminta bantuan jangan hanya gedung, tetapi juga fasilitasnya. Jika ingin bantuan, harus mengajukan proposal. Perpusnas tidak berwenang memberi bantuan ke perpustakaan sekolah. Dari segi buku juga berbeda, bahan bacaan di sekolah terbatas. Sekolah bisa dapat bantuan, tapi harus dari komunitas yang ada di sekolah.”
Kegiatan sosialisasi berlangsung lancar dan penuh antusiasme. Kehadiran masyarakat, perangkat desa, guru, serta relawan literasi diharapkan mampu menjadi titik awal penguatan budaya literasi di Kutai Kartanegara, khususnya di Desa Rempanga.
Penulis : Avirda Dwi Anaya S.KM
Desa Rempanga Situs Resmi Pemerintah Desa Rempanga