Diskusi Rumah Desa Sehat Soroti Stunting dan Gizi Kurang

Kutai Kartanegara – Pemerintah Desa Rempanga bersama kader posyandu, perangkat desa, dan tenaga kesehatan menggelar diskusi dalam rangka pelaksanaan Program Rumah Desa Sehat (RDS). Kegiatan ini dipimpin oleh Hadi Purnomo sebagai fasilitator, dengan pembukaan acara serta sambutan Kepala Desa Rempanga yang diwakili oleh Sekretaris Desa, Yurini Karmina.

Dalam diskusi tersebut, hadir sejumlah pemateri, di antaranya Rara dari bidang gizi (nutrisionis) yang memaparkan hasil pemantauan kondisi posyandu lansia, remaja, dan balita selama periode Juni, Juli, dan Agustus. Ia mengungkapkan bahwa sebagian besar balita yang datang ke posyandu masih mengalami masalah gizi.

“Di Posyandu Tunas Bangsa, pada bulan Juni belum mencapai target kunjungan. Untuk Juli dan Agustus hanya 55 sasaran yang hadir, padahal harapannya ada 71. Artinya, terjadi penurunan 32 sasaran,” jelas Rara.

Menurut Rara, status gizi balita dipantau melalui tiga indikator, yaitu berat badan menurut umur dan panjang badan menurut umur. Pada bulan Juni tercatat 2 anak sangat kurang gizi dan 13 anak kurang gizi.

Data ibu hamil juga menjadi perhatian. Saat ini terdapat delapan ibu hamil, dengan satu orang mengalami kondisi Kekurangan Energi Kronis (KEK). Sementara itu, data persalinan menunjukkan empat kelahiran normal pada Juni, dua normal dan satu operasi sesar pada Juli, serta empat kelahiran normal pada Agustus.

Dalam sesi tanya jawab, Hadi Purnomo menyoroti fluktuasi jumlah sasaran posyandu yang naik-turun. “Setiap bulan ada sasaran dan itu naik turun, kira-kira posyandu bisa menjelaskan kenapa begitu?  harus jelas berapa jumlah yang dikeluarkan karena tidak datang, dan apa alasannya,” tegas Hadi.

Ia menambahkan agar anggaran desa difokuskan pada keluarga yang jarang hadir. “Kalau alasannya tidak ada kendaraan, bisa gunakan mobil ambulans untuk menjemput agar mereka hadir,” katanya.

Dalam diskusi, sejumlah saran muncul, seperti usulan dari kader Posyandu Harapan Bangsa agar hadiah kunjungan diganti dengan bahan pangan bergizi. “Bagaimana kalau souvenir diganti dengan telur satu piring atau beras lima kilo, supaya ada harapan. Bisa diberikan tiap tiga atau lima bulan sekali,” usul seorang kader.

Hadi juga menekankan pentingnya survei kebutuhan. “Buatkan kuesioner, apa kira-kira yang diinginkan ibu-ibu agar mau membawa anaknya untuk dipantau. Fokuskan pada mereka yang jarang datang,” sarannya.

Selain soal gizi, masalah teknis juga dibahas. Posyandu Bunga Bangsa menyampaikan kendala seperti wallpaper dan pendingin ruangan (AC). Hadi menugaskan salah satu stafnya untuk berkoordinasi dengan pihak terkait. Sementara kader Posyandu Tunas Bangsa menyebut banyak sasaran berasal dari luar desa dan sering tidak hadir karena alasan domisili dan malas datang.

“Turun dari 35 sasaran menjadi 27 orang, itu kenapa? Faktor domisili atau alasan lain harus jelas. Kalau dikeluarkan dari data, tetap harus ada catatannya,” tegas Hadi.

Dari diskusi tersebut disepakati bahwa balita di atas 24 bulan tidak lagi dimasukkan dalam data stunting. Selain itu, faktor anak susah makan (gerakan tutup mulut atau GTM) yang menjadi penyebab utama stunting akan ditangani dengan menghadirkan ahli dibidang nya.

Hadi menutup diskusi dengan penegasan agar laporan bulanan posyandu dilengkapi catatan penyebab penurunan drastis data. “Sasaran yang dibutuhkan tiap bulan harus jelas. Nama kebutuhan, penggunaannya, dan catatan khusus harus dicantumkan agar anggaran desa bisa tepat sasaran,” ujarnya.

Penulis : Avirda Dwi Anaya S.KM

Bagikan dengan cinta

Check Also

Rakor APDESI Loa Kulu Digelar, Kades Rempanga Hadiri dan Perkuat Sinergi

LOA KULU — Camat Loa Kulu, H. Adriansyah, SH, menghadiri Rapat Koordinasi (Rakor) Asosiasi Pemerintah …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© Copyright 2022 Pemerintah Desa Rempanga